SURABAYA
: Rencana pemerintah mengurangi beban belajar siswa sekolah dasar,
SMP dan SMA segera dimulai pada 2013. Pemerintah memastikan akan meniadakan
mata pelajaran (mapel) IPA dan IPS dalam perubahan kurikulum 2013.
Kedua
mapel tersebut dijadikan sebagai materi tematik pada pelajaran-pelajaran lain.
"Penerapan ini dilakukan secara bertahap. Pada 2015 akan diterapkan
semua," kata Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim Harun,kemarin.
Pengurangan mapel dimulai dari jenjang SD. Jumlah mapel yang semula 10 mapel,
diubah menjadi enam mapel. Antara lain, Matematika, Bahasa
Indonesia,Agama,Pendidikan Jasmani, Pendidikan Pancasila dan Kewargane-garaan,
dan Kesenian.
Pada
jenjang SMP, dari 12 mapel menjadi 10 mapel yakni,Pendidikan Agama, Pancasila
dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Inggris,Seni
Budaya dan Muatan Lokal,Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, dan Prakarya.
"Untuk 2013, uji coba penerapan materi ini akan dilakukan pada SD kelas 1
dan 4," jelas Harun.
Menurut
dia,uji coba selanjutnya akan dilakukan 2014. Kali ini, uji coba dilakukan
untuk kelas 1, 2, 4, dan 5. Uji coba ini berlanjut pada 2015. Pada tahun
ini,semua kelas SD diwajibkan menerapkan kurikulum baru yang terus digodok.
Untuk jenjang SMP, uji coba 2013 dimulai pada kelas 7 dan kelas 8 untuk 2014.
Pada 2015, semua jenjang akan melaksanakan program ini. "SMA atau SMK
untuk kelas 10 juga dilakukan uji coba perubahan kurikulum, tetapi fokusnya ke
SD dan SMP," ujarnya.
Meski
mengurangi mapel, tapi Dindik justru menambah jam belajar. Untuk SD misalnya,
penambahan jam belajar SD kelas 1 sebanyak empat jam, dari 26 jam per pekan
menjadi 30 jam.Setiap jenjang kelas mendapat tambahan jam belajar sekitar empat
jam. Pakar Pendidikan Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya Suroso
mengatakan, perubahan kurikulum yang dilakukan pemerintah terke-san
tergesa-gesa. Padahal, secara garis besar kurikulum yang ada masih layak.
”Harusnya perubahan kurikulum yang dilakukan berdasar kemauan masyarakat,”
katanya.
Menurut
dia, jika perubahan karena berlandaskan emosional, maka hasilnya tidak akan
maksimal.Kurikulum bisa menjadi bias di tengah-tengah masyarakat.”Perubahan
harus berdasar mempersiapkan karakter anak, bukan kepentingan sesaat.
Terpenting, jangan emosional!,”ungkapnya.
Pakar
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surabaya, Zainuddin Maliki menyambut baik
uji coba kurikulum baru ini. Hal tersebut bisa memperdalam pengetahuan
siswa." Materi atau mapel akan jauh lebih sedikit, karena ada pengurangan
jumlah mapel.Tapi pembahasan dan pembelajarannya jauh lebih mendalam. Ini
sangat positif sekali,” ungkapnya.
Posting Komentar